Sabtu, 02 Juni 2012

MAKALAH : PENGGUNAAN METODE BERMAIN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pendahuluan
Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya. merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut. Di ranah pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan penanganan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan.  Seiring berkembangnya zaman, metode pengajaran terhadap anak usia dinipun ikut berkembang, belakangan diketahui bahwa dengan bermain, anak dapat menangkap pelajaran lebih bagus dari pada bila tidak sedang bermain, hal ini biasanya dipengaruhi oleh kadar stress anak  yang cepat jenuh terhadap hal-hal yang membosankan.

Untuk itu diciptakanlah permainan anak yang beda dari permainan anak yang lain, permainan-permainan ini menstimulus otak anak, merangsang gerak motoriknya, melatih daya ingat dan banyak lagi lainnya, permainan anak mendidik seperti ini banyak dijumpai di toko-toko mainan di kota-kota besar, pada dasarnya permainan ini sama dengan mainan balita yang lain, namun bedanya permainan ini ada manfaatnya.

Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, dalam makalah ini penulis ingin memaparkan tentang metode  bermain dalam pendidikan anak usia dini dengan perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana penggunaan metode bermain dalam mendidik anak usia dini didalam proses pendidikan anak usia dini

Pengertian Metode Bermain
Manfaat dan pentingnya pendidikan usia dini atau PAUD untuk memberikan imajinasi dan wawasan serta rangsangan sensorik dan motorik otak agar tumbuh dan berkembang dengan baik untuk menempuh dan persiapan ke jenjang Pendidikan Dasar. Pola pendidikan ini biasanya berbentuk “Belajar sambil bermain”dalam tahap pengenalan lingkungan alam dan di mulainya pengenalan huruf dan angka serta membentuk karakteristik watak anak untuk menjadi anak yang sehat serta mampu dan dapat menjadi anak yang baik dalam masyarakat.

Bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak, dengan kegiatan tersebut anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Bennett mengemukakan bahwa permainan mempunyaifungsi pendidikan dan perkembangan karena memampukan anak untuk mengendalikan perilaku mereka dan menerima keterbatasan di dunia nyata serta melanjutkan perkembangan ego dan pemahaman atas realitas.

Untuk mengetahui metode secara tepat dapat kita lihat penggunaan kata metode dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris terdapat kata way dan kata method. Dua kata ini sering diterjemahkan ”cara” dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan ”cara” adalah kata way itu, bukan kata method.

Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian ”cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan ”paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris.

Karena metode merupakan cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode adalah merupakan hasil eksperimen. Kita tahu suatu konsep yang dieksperimenkan harus lebih lulus teori, dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoris yang lebih dieksperimenkan. Bermain berasal dari kata ’main’ yang memiliki arti berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati dengan menggunakan alat-alat atau tidak.

Kata bermain mungkin terdengar kurang serius, hanya untuk mengisi waktu luang saja, walaupun tidak dilakukan oleh anak. Padahal bagi anak-anak kegiatan bermain merupakan kegiatan yang sangat mutlak dibutuhkan, sebab dunia anak adalah dunia bermain, bagaimana mereka memahami dunianya adalah melalui bermain.

Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan.

Bermain adalah kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak dan bermain dilakukan denga suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Kegiatan bermain tersebut tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh pemain itu sendiri. Anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan melalui kegiatan bermain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan arti bermain: merupakan macam-macam bentuk kegiatan yang memberi kepuasan pada diri anak, baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat, dan bahan bermain terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan orang dewasa.

Bermain merupakan kegiatan santai, menyenangkan tanpa tuntutan (beban) bagi anak. Bermain juga merupakan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan demensi motorik, kognitif, kreatifitas, emosi, sosial, nilai, bahasa dan sikap hidup.

Bila anak melakukan kegiatan berpura-pura, menggunakan mainannya tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan hanya untuk bergiat, maka anak tersebut dapat dikatakan sedang bermain.

Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Meski bermain adalah kegiatan santai yang menimbulkan kesenangan dan dilakukan dengan suka rela tanpa ada paksaan dari orang lain, namun bermain mempunyai tujuan. Tujuan bermain adalah membantu mengembangkan kepribadiannya, yakni aspek intelektual,
aspek keterampilan, aspek emosional dan aspek sosial.

Definisi Penidikan Usia Dini
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Pembahasan
Dalam beberapa bidang perkembangan telah terjadi perubahan radikal dalam sikap terhadap pentingnya penyesuaian pribadi dan sosial anak-anak ketimbang dalam bermain. Perubahan sikap ini bukan hanya saja terjadi dikalangan para ilmuan tetapi juga di kalangan orang awam. Sejak peralihan abad sekarang telah terjadi perubahan sikap yang radikal terhaadap bermain sebagai hasik studi ilmiah mengenai apa saja yang dapat disumbangkan bermain bagi perkemmbangan anak.

Para ilmuan telah menunjukkan bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga, karena ketika bermain anak dapat mendorong imajinasi anak dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya.

Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat bermain, tetapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Orang tua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orang tuanya dan keluarganya.

Permainan merupakan gejala umum, baik di dunia hewan maupun kalangan masyarakat seperti lingkungan anak-anak, pemuda, dan orang dewasa. Permaian merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaaan, tanpa di desak oleh rasa tanggung jawab permainan tidak mempunyai tujuan permainan terletak dalam permainan itu sendiri dan dapat di capai pada waktu bermain.

Jadi secara umum permainan adalah sesuatu yang menyenangkan dan menghibur, yang tidak memiliki tujuan ekstrinsik dan tujuan praktis. Permainan tersebut bersifat sukarela tanpa adanya paksaan.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini saat ini semakin marak dimana-mana selin masyarakat luas, pemerintah pun tampaknya cukup memberikan perhatian yang serius dalam hal ini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan awal dari pengenalan dengan situasi lingkungan yang ada di masyarakat umum di luar keluarga.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu lembaga yang di samping memberikan kesempatan bermain sambil belajar dan sekaligus mendidik anak untuk mandiri, bersosialisasi dan memperoleh berbagai keterampilan anak. Dan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) inilah anak-anak bisa bersosialisasi dengan anak yang lain dan mengekspresikan bakat atau kreativitasnya. Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diberikan secara terpadu dan harmonis yang selaras dengan perkembangan anak didik.

Dari pengamatan juga pengalaman yang dilakukan penulis di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bahwa Metode Pembelajaran (Bermain sambil Belajar), metode yang dipergunakan dalam kelompok bermain adalah metode belajar aktif yang memiliki persyaratan yang diantaranya adalah membuat anak aktif dan banyak terlibat dan juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kreativitas. Kehidupan anak usia dini adalah dunia bermain maka selayaknya konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. Intinya bermain adalah belajar, dan belajar adalah bermain.

Sekolah telah mengakui nilai bermain yang mendidik dengan mencakup permainan dan olah raga, drama, seni suara dan seni rupa yang teratur dalam kurikulum. Pada era globalisasi ini banyak permainan yang diciptakan dengan menggunakan teknologi yang canggih maksudnya agar meningkatkan kreativitas anak, akan tetapi masih bannyak para orang tua yang belum memanfaatkan bahkan mengabaikan permainan sebagai media untuk meningkatkan kreativitas anak. Ini sering terbukti seringnya orang tua melarang anaknya untuk bermain akan tetapi ada juga yang sudah memanfaatkannya. Kreatifitas merupakan daya/kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu. Kemampuan ini dapat terkait dengan bidang seni maupun ilmu pengetahuan. Menurut seorang psikologi terkenal, Erick Erickson, masa usia tiga setengah tahun hingga enam tahun adalah masa penting bagi seorang anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Erikson mengatkan bahwa masa ini adalah masa pembentukan sikap intiative versus guilt(inisiatif dihadapkan pada rasa bersalah). Anak-anak yang mendapatkan lingkungan pengasuhan dan pendidikan yang baik, akan mampu menembangkan sikap kreatif, antusias untuk bereksplorasi, bereksprimen, berimajinasi, serta berani mencoba dan mengambil resiko.

Sesuai dengan metode-metode pembelajaran Kelompok Bermain yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kreativitas, maka berarti kreativitas itu bisa tampil dini dalam kehidupan anak dan terlihat pada saat ia bermain, karena ketika bermain anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara menggembirakan hatinya. Dan bermain juga menambah daya ingat dan kesempatan menalar, inilah sebabnya bermain dapat membantu penyelesaian diri yang baik dalam kehidupan karena anak belajar mengatasi masalah sehari-hari dari hasil bermain tersebut namun demikian mekanisme permainan yang dapat merangsang kreativitas anak belum di ketahui secara jelas.

Program pembelajaran disesuaikan dengan usia, minat, kemampuan, bakat, dan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada setiap anak secara individual. Program pembelajaran dapat dikembangkan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan kesempatan anak berpartisipasi aktif melalui kegiatan permainan (menyentuh, mengenal, mencoba benda-benda dan sejenisnya), dan program pembelajaran juga memberikan pengalaman nyata bagi anak sehuingga anak termotivasi dan memperoleh pengalaman belajar bermakna.

Para psikolog dan para pakar lainnya telah menyadari betapa pentingnya kreativitas bagi individu maupun masyarakat, mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup dan mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak.
Pertama, karena berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam kehidupan manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.

Kedua, kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran.
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kulitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan ternologi baru. Untuk itu mencapai hal itu perlulah sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini.

Oleh karena itu, pengembangan kreatifitas sejak usia dini, tinjauan dan penelitian-penelitian tentang proses kreativitas, kondisi-kondisinya, serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang dan mengembangkannya sangat penting.




Kesimpulan
Masa usia dini merupakan masa-masa keemasan yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat  berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk  pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain.









Rabu, 25 April 2012

POLA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

MASALAH
Anak adalah masa depan bangsa yang harus ditumbuhkembangkan jiwa dan  raganya untuk menjadi anak yang cerdas, terampil dan berahlak mulia. Anak  usia dini harus dikembangkan motorik kasar dan motorik haluasnya. Bagi anak  bermain adalah belajar atau belajar seraya bermain. Bagaimana menciptakan  permainan yang dapat mengembangkan pertumbuhan fisik melalui motorik kasar  dan bagaimana mengembangkan motorik halusnya.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dimasa sekarang sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anak kita, khususnya di usia 0 sampai dengan 6 tahun. Hal ini sangat penting untuk perkembangan anak khususnya dalam perkembangan perilaku, bakat, pengetahuan. Pada masa-masa usia tersebut anak sangat peka dengan segala sesuatu dilingkungannya. Apabila lingkungan mengajarkan hal yang positif mengarah ke perilaku yang membuat anak terdidik dengan baik, maka anak akan terbentuk baik pila pola pendidikan dan perilakunya. Untuk itu diperlukan pola pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini


SOLUSI
Konsep dasar pembelajaran pada dasarnya adalah satu rangkaian dengan konsep  belajar dan mengajar. Pada prinsipnya mengajar adalah proses yang terjadi pada guru bagaimana menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Mengajar pada prinsipnya adalah membina bagaimana belajar, berpikir, berlatih untuk  penguasaan suatu pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.   Mengajar  menurut Zamroni (2000:61) adalah seni untuk mentranfer pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan siswa. Kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki guru. Pembelajaran anak usia dini harus  memperhatikan:
1.  Perkembangan anak.
Anak akan dapat belajar dengan baik jika anak merasa aman dan senang dalam  situasi belajar. Untuk mewujudkan itu anak harus terpenuhi kebutuhan  fisiknya seperti makan dan minum yang cukup dan secara psikologis aman dan  senang dalam melakukan aktivitas. Jika proses pembelajaran anak tidak dalam  kondisi yang menyenangkan niscaya akan sulit untuk mengembangkan potesi anak secara wajar, baik, dan maksimal. Tugas pembelajaran keterampilan adalah untuk mengembangkan potensi anak melalui bermain dengan keterampilan. Pililah jenis keterampilan yang menarik dan disenangi anak.
2.  Kebutuhan Anak
Seribu anak akan memiliki seribu keinginan, apakah kita sebagai pembimbing anak akan mampu melayani keinginan tersebut. Tugas pembimbing bukan memenuhi keinginan anak tersebut akan tetapi memupuk, mengarahkan, dan membina anak agar keinginan tersebut tersalurkan dalam kontek pembelajaran. Anak akan dapat bermain dan belajar dengan baik kalau kebutuhan fisiknya tercukupi.
3.    Bermain sambil belajar
Dunia anak adalah dunia bermain, jika anak bermain adalah belajar mungkin berbeda dengan orang dewasa bermain mempunyai konotasi negatif. Anak belajar melalui bermain, apalagi belajar seni dan keterampilan yang memiliki nilai permainan dan rekreasi. Tugas pembimbing adalah bagaimana mengemas materi seni lukis dan keterampilan anak usia dini yang menarik dan  dapat dilakukan sambil bermain. Ini adalah tugas pembimbing yang harus memberikan materi sesuai perkembangan anak.
Bentuk bermain anak dapat  berupa bermain sosial, bermain dengan benda, dan bermain sosiodramatis. Keterampilan anak usia dini dalam melukis banyak yang berhubungan dengan permainan,  maka siapkan permainan yang dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilananak.
4. Pendekatan Tematik
Pembelajaran keterampilan adalah pembelajaran bermain, anak akan bermain  dan belajar dengan baik jika tema bermain sesuai dengan perkembangan dan menyenangkan. Untuk itu, pembimbing harus dapat memilih dan menentukan tema  sesuai dengan kehidupan anak yang paling aktual dan kontekstual.
5. Kreatif dan Inovatif
Tugas pembelajaran keterampilan adalah mengembangkan kreativitas anak, pilihlah jenis keterampilan yang dapat menggali imajinasi dan mengembangkan kreativitas anak. Pengembangan ide baru yang menantang dan inovatif dapat memotivasi dan menumbuhkan kreativitas anak. Fungsi pembelajaran seni dan keterampilan adalah untuk mengembangkan sensitivitas, kreativitas, dan keterampilan. Anak akan bermain untuk belajar berimajinasi untuk mengembangkan kreativitas tersebut.
6.   Lingkungan Kondusif
Pendidikan anak usia dini dapat dikondusikan dengan lingkungan yang nyaman  dan aman untuk bermain dan belajar. Hal ini penting untuk pelalaksanaan proses belajar dan bermain anak, lingkungan anak yang sesuai dengan dunia  anak dan dapat mengembangkan fantasi anak.
7.  Mengembangkan Kecakapan Hidup
Secara umum kecakapan hidup untuk anak mencakup kecakapan personal, sosial,  akademik, dan vokasional. Pembimbing harus dapat mengembangkan kecakapan  personal dengan baik sesuai perkembangan anak. Kegiatan bermain, belajar, berketerampilan disajikan dalam bentuk yang menyenangkan akan membantu perkembangan anak dengan baik.

PEMBAHASAN
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran meliputi; konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur, metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi.

Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.
Penyusunan model pembelajaran untuk anak usia dini didasarkan pada silabus yang dikembangkan menjadi perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan (SKM), dan satuan kegiatan harian (SKH). Dengan demikian, model pembelajaran merupakan gambaran konkret yang dilakukan pendidik dan peserta didik sesuai dengan kegiatan harian. Kita mengenal beberapa pola / metode pembelajaran yang diterapkan, diantaranya adalah:
1.  Model pembelajaran klasikal
2.  Model pembelajaran kegiatan kelompok dengan kegiatan pengaman
3.  Model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan
4.  Model pembelajaran area
5.  Model pembelajaran berdasarkan sentra
Model-model pembalajaran tersebut pada umumnya menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sama dalam sehari, yaitu: kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti, istirahat/makan, kegiatan akhir atau penutup. Kegiatan awal/pendahuluan adalah kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan untuk memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga peserta didik siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti merupakan proses kegiatan utama untuk mencapai kompetensi dasar yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif. Kegiatan inti dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tindak lanjut.

TEORI
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; dan sebagainya.
Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran. Ada beberapa model pembelajaran yang biasa diterapkan di PAUD,  diantaranya adalah :
1.    Model pembelajaran klasikal.
Pola pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling awal digunakan di TK, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak. Seiring dengan perkembangan teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan.
2.    Model pembelajaran kelompok dengan pengaman
Pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok (biasanya menjadi tiga kelompok), masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda. Dalam satu pertemuan, anak didorong harus mampu menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian. Apabila dalam pergantian kelompok terdapat anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat daripada temannya, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain selama dalam kelompok lain masih ada tempat. Jika sudah tidak ada tempat, anak-anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu yang sudah disediakan oleh guru, dan tempat itulah yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih bervariasi dan sering diganti sesuai dengan tema atau subtema yang dibahas.
3.    Model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan.
Model pembelajaran ini menyediakan sudut-sudut kegiatan yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran berdasarkan minat anak. Alat-alat yang disediakan harus bervariasi mengingat minat anak yang beragam. Alat-alat tersebut juga harus sering diganti disesuaikan dengan tema dan subtema yang dibahas.
4.    Model pembelajaran berdasarkan area.
Model ini pada dasarnya hamper sama dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan. Model ini lebih member kesempatan kepada anak didik untuk memilih kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya. Kecuali itu juga menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran.
5.    Model pembelajaran sentra.
Model pembelajaran berdasarkan sentra memiliki ciri utama pemberian pijakan (scaffolding) untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak serta konsep densitas serta intensitas bermain. Model pembelajaran ini berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra bermain dan pada saat anak berada dalam lingkaran. Pada umumnya pijakan/dukungan dalam model ini untuk mendukung perkembangan anak, yaitu pijakan sebelum bermain, pijakan selama bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan ini dimaksudkan untuk mendukung perkembangan anak lebih tinggi. Ada 3 jenis permainan yang disediakan dalam model ini yaitu; bermain sensorimotorik atau fingsional, bermain peran, dan bermain pembangunan (konstruktif, yaitu membangun pemikiran anak).


KESIMPULAN
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing serta memerlukan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru dapat memilih model pembelajaran yang akan diterapkan dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki, sarana dan prasarana yang tersedia, serta factor-faktor pendukung lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Diknas. 2002. Acuan menu pembelajaran pada kelompok bermain. Jakarta: Dirpaud.
Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Hamalik Umar. 1994. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Trigenda Karya.
Gafur. 2007. Model, Strategi, dan Metode pembelajaran. Yogyakarta: UNY
Martono.2007. Pembekajaran keterampilan anak usia dini. Diktat Kulaih PAUD. Yogyakarta: FIP
Suyanto Slamet.2005. Dasar-dasar prndidikan anak usia dini. Yogyakarta





Kamis, 12 April 2012

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan usia dini merupakan suatu pola pendidikan formal dan informal yang di lakukan dari usia lahir sampai umur enam tahun sebelum memasuki usia sekolah dasar. pentingnya pendidikan usia dini untuk memberikan imajinasi dan wawasan serta rangsangan sensorik dan motorik otak agar tumbuh dan berkembang dengan baik untuk menempuh dan persiapan ke jenjang Pendidikan Dasar.

Pola pendidikan ini biasanya berbentuk “Belajar sambil bermain”dalam tahap pengenalan lingkungan alam dan di mulainya pengenalan huruf dan angka serta membentuk karakteristik watak anak untuk menjadi anak yang sehat serta mampu dan dapat menjadi anak yang baik dalam masyarakat.

Pendidikan anak usia dini sangat perlu dukungan keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta guru yang mengajar agar terjadi ke singkronan di antara nya. Hal ini sangat penting bagi setiap orang tua untuk memahami bahwa seorang anak menghabiskan enam tahun dalam membentuk karakter anak.Sangat disarankan bahwa pendidikan anak usia dini selama 0 tahun sampai dengan 6 tahun harus lebih difokuskan pada pengajaran anak-anak tentang dunia di sekitar mereka melalui bermain serta di berikan wawasan yang lebih baik lagi.

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan usia dini tentunya harus di barengi juga dengan kualitas makan serta gizi yang baik ini sangat mempengaruhi masa pertumbuhan serta daya ingat otak anak untuk dapat menyerap pendidikan usia dini dengan baik.Dengan melakukan dan mengoptimalkan pendidikan usia dini sama artinye telah membantu pemerintah dalam program mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Fungsi dan Tujuan PAUD

Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Fungsi PAUD
Mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional.

Tujuan PAUD
  • Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini (AUD) untuk tumbuh dan berkembang, sesuai dengan usia dan potensinya.
  • Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.
  • Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi AUD, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.
Toko Buku Online Terlengkap

Pendidikan Usia Dini (PAUD) Sebuah Pengantar

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan, yaitu daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa / komunikasi, dan sosial.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. PAUD diperuntukkan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya dan anak pada usia tersebut pada masa golden age. PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa, karena PAUD membentuk anak Indonesia yang berkualitas yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mempengaruhi kehidupan di masa dewasanya.

Pendidikan anak usia dini sangat perlu dukungan keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta guru yang mengajar agar terjadi ke singkronan di antara nya. Hal ini sangat penting bagi setiap orang tua untuk memahami bahwa seorang anak menghabiskan enam tahun dalam membentuk karakter anak.Sangat disarankan bahwa pendidikan anak usia dini selama 0 tahun sampai dengan 6 tahun harus lebih difokuskan pada pengajaran anak-anak tentang dunia di sekitar mereka melalui bermain serta di berikan wawasan yang lebih baik lagi.